Begini Cara Rolls-Royce Memproduksi Mobil Mewahnya
Dari sekian banyak merek mobil-mobil mewah di dunia, nama Rolls-Royce tentu tidak bisa dikesampingkan. Tapi siapakah yang tahu 'tata cara' mereka membuat mobil?
Ternyata tradisi membuat mobil di produsen Inggris ini cukup rumit dan terkesan masih ortodoks. Setiap mobil saja, harus dikerjakan oleh 30 orang dengan waktu pengerjaan lebih dari 450 jam untuk merancang, membangun, dan memoles setiap mobil Rolls-Royce.
Selain itu, di 'rumah' Rolls-Royce di Goodwood, Inggris Selatan juga ada sekitar 1.000 karyawan, termasuk perajin yang bekerja di bengkel-bengkel kayu dan kulit. Hanya terdapat dua robot di bengkel pengecatan yang memberikan kualitas mulus dalam penyelesaian.
Untuk pengecatan, Rolls-Royce melanjutkan tradisi yang dimulai berabad-abad lalu oleh industri pembuatan kereta dimana setidaknya lima lapis cat dan mantel pelapis bening diaplikasikan pada tiap Phantom, tujuh lapis jika mobil tersebut hadir dalam dua warna.
Untuk tiap lapisan para teknisi mengampelas badan mobil dengan tangan. Menyusul pengecatan terakhir, badan mobil dipelitur dengan tangan secara teliti selama lima jam untuk mencapai kilap seperti kaca yang biasanya terlihat pada grand piano.
Melalui program Bespoke, setiap warna cat yang dipilih dapat dikhususkan. Awalnya hal ini bisa dilakukan oleh pelanggan melalui Phantom iPad App, disesuaikan dengan warna dasi atau lipstik favorit, misalnya, lalu diaplikasikan pada mobil virtual mereka.
Sesuai tradisi Rolls-Royce, coach-line tunggal atau ganda juga dapat diaplikasikan secara manual, tentunya. Dibutuhkan tiga jam untuk membuat satu garis sepanjang lima meter dengan menggunakan kuas terbaik dari bulu tupai atau lembu.
Sementara untuk material kayu yang banyak terdapat di mobil-mobil buatan Rolls-Royce, pabrikan Inggris ini menggabungkan keterampilan pembuat lemari dan pembuat kapal dengan teknologi modern. Tergantung pada spesifikasi, maksimal 43 bagian dari kayu ada pada setiap Phantom. Masing-masing disusun dari 28 lapisan kayu.
Lapisan-lapisan ini diselingi lembaran tipis aluminium untuk kekuatan dan mencegah pecahnya kayu ketika terbentur. Beberapa lapisan ditekan, dibengkokkan, dan diselesaikan secara manual sebelum pengrajin memotong dan mengaplikasikan pelapis yang cocok, dan sesudah itu dirinci, divernis, dipoles manual, dan diberi highlight.
Semua pelapis berasal dari satu batang kayu yang dipilih dan ditata dengan hati-hati sehingga detil urat kayu tercermin di seluruh interior tiap mobil. Terinspirasi oleh kapal pesiar J-class tahun 1930-an, dek jati pada Phantom Drophead Coupe adalah contoh apik menyatunya tradisi Rolls-Royce dengan teknologi terbaik.
Jati digunakan karena kekuatan dan daya tahannya terhadap kelembaban dan pembusukan, namun teknik-teknik khusus telah dikembangkan untuk menjaga tampilan yang segar, seolah sempurna tanpa diproses, agar hasil akhir dek terlihat nyaris seperti kayu alami.
Setiap dek, yang terdiri atas 30 potong kayu, menampilkan galur yang dibuat dengan tepat dan dilindungi oleh campuran beberapa minyak yang diramu khusus. Sebagaimana pada seluruh kayu dan pelapis yang digunakan oleh Rolls-Royce, ramuan ini juga dihasillkan oleh tim spesialis.
Sedangkan untuk bahan kulitnya, Rolls-Royce menggunakan kulit dari banteng-banteng pengunungan Alpen yang dipilih manual. Lingkungan yang sehat dan padang rumput terbuka tanpa onak atau kawat berduri menghasilkan bercak alami yang lebih sedikit.
Pigmen pada kulit muncul lewat perendaman dalam drum agar kulit Rolls-Royce yang tahan lama dapat terpelihara kelembutan dan kelenturannya, memberi warna yang kaya dan seragam sembari menjaga sensasi, kelembutan, dan seratnya.
Masing-masing dari 450 bagian kulit yang menyusun interior dipotong menggunakan laser sebelum dijahit tangan oleh para ahli di bengkel milik perusahaan.
Untuk program Bespoke, Rolls-Royce membuatkan tiap detail mobil sesuai dengan pesanan konsumennya. Sebab banyak pelanggan Rolls-Royce menginginkan eksklusifitas dan tidak ingin mobilnya disamai oleh orang lain.
Setidaknya delapan dari sepuluh model Phantom Rolls-Royce yang dikirimkan kepada klien secara global pada tahun 2011 menyertakan beberapa elemen desain sesuai pesanan mulai dari cat dengan warna khusus, tatahan pelapis, plat pijakan dan coach-line, sampai pada desain menyeluruh yang paling personal dan flamboyan.
Pada tahun 2011 misalnya, Rolls-Royce merancang mobil untuk pelanggan Timur Tengah yang memadukan motif elang yang rumit dan indah di sandaran kepala mobil. Menghabiskan 40 jam untuk pembordiran menggunakan 11 benang yang berbeda, desain tersebut terdiri dari 21.000 jahitan.
Mungkin, salah satu fitur pesanan Rolls-Royce yang paling indah dan populer adalah langit-langit bertabur bintang, yang menyatukan 1.600 lampu serat optik kecil yang ditenun manual di lapisan kulit atap untuk menciptakan langit berbintang yang indah dalam Rolls-Royce model Phantom Saloon atau Phantom Coupé.
Merek Rolls-Royce sendiri dibentuk pada tahun 1904, menyusul pertemuan bersejarah bangsawan Charles Stewart Rolls dan Henry Royce di Manchester, Inggris yang akhirnya menciptakan Rolls-Royce Motor Cars.
Henry Royce saat itu telah memantapkan reputasi sebagai seorang insinyur listrik dan pengusaha yang sukses, sebelum banting setir ke dunia pembuatan mobil ketika abad berganti.
Sedangkan Charles Rolls merupakan seorang pelopor dalam bidang otomotif dan penerbangan yang menggunakan pendekatan manual terhadap mur, baut, dan bagian-bagian bergerak, sama seperti Royce.
Saat keduanya bertemu, Royce telah memulai operasi pembuatan mobil di Manchester. Sementara itu Rolls menjual berbagai mobil di sebuah showroom di pusat kota London.
Keduanya menyatakan ketidakpuasan terhadap kualitas model-model impor, yang menjadi dasar awal usaha mereka masing-masing. Pertemuan di Manchester menghasilkan hak eksklusif bagi Rolls untuk menjual mobil rakitan Inggris yang diciptakan dengan sangat bagus oleh Royce melalui showroom-nya di London. Rolls-Royce pun terlahir.
Dan karena Sir Henry Royce adalah orang yang perfeksionis da nhanya mau menciptakan mobil terbaik. Bila hal itu berarti harus menggunakan bahan baku yang mahal, keahlian padat karya, dan kontrol kualitas yang memakan waktu, maka dia rela melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar